Selamat Datang di Blog GURU NGAWI RAMAH - Menginspirasi dan Berbagi - Ayo Kunjungi Portal Rumah Belajar di https://belajar.kemdikbud.go.id dan Instal aplikasi rumah belajar di Handphone - Berbagi dan Berkolaborasi Belajar Bersama di Portal Rumah Belajar - Belajar Dimana Saja, Kapan Saja, Dengan Siapa Saja
banner image

Theme 62

Rabu, 01 Juni 2022

Koneksi Antar Materi Modul 1.1.a.8 Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara

 


    Anugerah terindah bagi saya saat ini adalah diberikan kesempatan untuk bisa mempersiapkan generasi masa depan dengan menjadi seorang guru, bagi saya tugas seorang guru sangatlah mulia, banyak tantangan dan hambatan serta keunikan yang saya alami selama ini dalam mengemban amanah dan tugas sebagai guru. Saat ini saya diberikan kesempatan untuk menjadi agen perubahan dan pemimpin dalam pembelajaran dengan mengikuti Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 5. Sebelum mempelajari modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara, sebagai seorang guru saya sering sekali memperlakukan siswa hanya sebatas memenuhi tuntutan tugas, sekedar transfer materi/ ilmu, memberikan nilai dan lebih berfokus pada kompetensi pengetahuan atau kognitifnya saja. Saya merasa selama ini hanya mengejar target ketuntasan untuk menyelesaikan beban kurikulum yang harus tersampaikan sesuai program dan jadwal, sehingga terkadang anak tidak memiliki kebebasan bahkan tertekan dengan segala pola pembelajaran yang membuat mereka tidak berkembang sesuai dengan kodrat dan segala potensi yang dimilikinya. Sehingga yang terjadi selama ini adalah anak-anak menjadi tidak bersemangat atau bahkan tidak menyukai mata pelajaran tertentu atau semangatnya untuk belajar menjadi berkurang bahkan sampai melakukan hal-hal yang bertentangan dengan segala aturan yang telah ditetapkan sekolah. Dan Kondisi seperti ini sudah berlangsung lama sejak saya menjadi guru, menurut saya salah satu hal yang mempengaruhi keadaan tersebut adalah minimnya kemampuan guru dalam menerapkan pola pembelajaran yang kreatif, inovatif, menyenangkan dan berpusat kepada peserta didik.

        Untuk dapat memberikan layanan pendidikan yang baik dalam proses pembelajaran, seorang guru harus selalu meningkatkan kompetensinya dengan mengikuti berbagai program pengembangan diri dan pelatihan-pelatihan berkaitan dengan peningkatan kompetensi seorang pendidik serta pemanfaatan teknologi dan informasi dalam pembelajaran. Salah satu program yang telah dirilis oleh Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, adalah “Guru Penggerak”. Program Pendidikan Guru penggerak merupakan episode kelima dari rangkaian kebijakan Merdeka Belajar. Guru penggerak ini bertujuan untuk menyiapkan para pemimpin pendidikan Indonesia masa depan, yang mampu mendorong tumbuh kembang murid secara holistik; aktif dan proaktif dalam mengembangkan guru disekitarnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil pelajar pancasila. Dengan Program Pendidikan Guru Penggerak diharapkan dapat menciptakan guru penggerak yang dapat : Mengembangkan diri dan guru lain dengan refleksi, berbagi dan kolaborasi secara mandiri, Memiliki kematangan moral, emosi dan spiritual untuk berperilaku sesuai kode etik, Merencanakan, menjalankan, merefleksikan dan mengevaluasi pembelajaran yang berpusat pada murid dengan melibatkan orang tua, Berkolaborasi dengan orang tua dan komunitas untuk mengembangkan sekolah dan menumbuhkan kepemimpinan murid, serta Mengembangkan dan memimpin upaya mewujudkan visi sekolah yang berpihak pada murid dan relevan dengan kebutuhan komunitas di sekitar sekolah.


        Pada modul 1.1 Pendidikan Guru Penggerak, kegiatan pembelajarannya difokuskan kepada Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara. Menurut Ki Hajar Dewantara Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. Ki Hajar Dewantara berkeyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Seorang petani (dalam hakikatnya sama kewajibannya dengan seorang pendidik) yang menanam jagung misalnya. Hanya dapat menuntun tumbuhnya jagung, dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman jagung memberi pupuk dan air membasmi ulat ulat atau jamur jamur yang mengganggu hidup tanaman jagung dan lainnya. Pendidik ibarat seorang tukang kebun kehidupan yang mempunyai lahan berupa perangkat pembelajaran yang akan ditanami berbagai bibit tanaman yaitu ilmu yang akan dipelajari dan dengan perlakuan yang sama dan baik, akan menjadikan pembelajaran yang menyenangkan (student wellbeing). Dalam proses ‘menuntun’ anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Dengan tetap mengedepankan sikap, perilaku dan karakter yang mencerminkan sebagai seorang peserta didik dengan nilai-nilai dan sifat-sifat kemanusiaan yang dimilikinya.


        Ki Hajar Dewantara juga memiliki 3 semboyan yang sangat terkenal dalam dunia pendidikan, yakni: “ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”. Yang artinya di depan memberi contoh atau menjadi panutan, di tengah membangun semangat atau ide, dari belakang memberikan dorongan. Sebagai seorang pendidik harus memberikan contoh atau teladan yang baik kepada peserta didik, sesama guru dan seluruh warga sekolah dan masyarakat pada umumnya. Selain itu di tengah seorang pendidik harus mampu membangun semangat, menciptakan ide atau berkarya dan berinovasi di lingkungan tempat kerjanya atau di tempat tinggalnya. selanjutnya dari belakang, seorang pendidik harus bisa memberikan dorongan, motivasi, arahan dan penyemangat kepada seluruh warga sekolah dan lingkungan tempat tinggalnya.

        Dasar Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan berikutnya adalah Kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “Irama”. Kedua kodrat ini berkaitan dengan dengan nilai-nilai dan sifat-sifat kemanusiaan peserta didik. Ki Hajar Dewantara mengingatkan kepada kita para pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya melihat kodrat diri anak dengan selalu berhubungan dengan kodrat zaman. Bila melihat dari kodrat zaman saat ini, pendidikan abad 21 menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki keterampilan abad 21, antara lain : berpikir kreatif (creative thinking), komunikasi (communication), serta kolaborasi (collaboration). Ki Hajar Dewantara juga mengingatkan bahwa pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal budaya indonesia. Ki Hajar Dewantara menegaskan juga bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri. Bermain adalah kodrat anak, permainan anak dapat menjadi bagian pembelajaran di sekolah misalnya congklak dan gobak sodor yang mana permainan ini membutuhkan strategi dalam memainkannya.


        Konsep dasar pemikiran Ki Hajar Dewantara selanjutnya adalah Budi pekerti atau Watak atau karakter. Budi pekerti merupakan perpaduan antara gerak pikiran perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Sesungguhnya pikiran perasaan kemauan dan tenaga atau Cipta, Karsa, karya, dan pekerti sudah ada pada diri anak . Sehingga dengan Cipta, Karsa, karya, dan pekerti akan menciptakan keseimbangan hidup. contohnya dalam kegiatan ekstrakurikuler gamelan marching band atau seni musik. 


        Dasar pendidikan berhamba pada anak, artinya pendidikan berpusat pada murid. Pendidikan Indonesia haruslah dilandasi dengan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, membentuk karakter, beradab dan berbudi pekerti. Dimana pendidikan saat ini antara guru dan murid saling berkolaborasi untuk menciptakan kedalaman (rasa takjub dan Kasmaran) spiritual, intelektual dan sosial untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia. Sementara pada pendidikan abad 21 kompetensi yang diharapkan yaitu komunikasi, kolaborasi, kritis-reflektif, komunikasi, kreatif dan inovatif.


        Relevansi Dasar Pemikiran Ki Hajar Dewantara terhadap transformasi pendidikan yaitu dengan menggunakan prinsip Tri-Kon, yakni: Kontinuitas, Konvergensi, dan Konsentris. Kontinuitas berarti Pengembangan yang dilakukan harus berkesinambungan dilakukan secara terus-menerus dengan perencanaan yang baik. Konvergensi artinya Pengembangan yang dilakukan dapat mengambil dari berbagai sumber dari luar. Konsentris adalah pengembangan pendidikan yang dilakukan harus tepat berdasarkan kepribadian kita sendiri .

        Hakikat pendidikan adalah manusiakan manusia, dimana pendidikan bertujuan mempersiapkan generasi bangsa yang berkarakter dan berbudi pekerti. selanjutnya Saya berusaha untuk dapat merancang pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan dengan berbagai pendekatan dan model pembelajaran. Perasaan saya setelah pembelajaran ini yaitu memahami betapa pentingnya filosofi pendidikan sehingga lebih menjiwai peran sebagai pendidik yang tidak hanya mentransfer pengetahuan saja, namun juga mentsranfer nilai-nilai karakter yang berbudi pekerti.


       Target saya berikutnya adalah menjadikan pendidikan berpusat kepada peserta didik dan guru sebagai fasilitator. sehingga akan menghasilkan sebuah pembelajaran yang bermakna.Yang dapat saya terapkan setelah mempelajari modul 1.1 Refleksi Filosofis Pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara, adalah dengan memanfaatkan segala sumber daya yang ada di sekolah dan lingkungan sekitar untuk dapat dimanfaatkan dalam proses belajar siswa. Diantaranya : pemanfaatan Perpustakaan Sekolah dan Pojok baca di kelas untuk kegiatan Literasi siswa. Memberikan wadah kepada peserta didik untuk dapat menyalurkan bakat dan minat dan keterampilan peserta didik melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler, diantaranya : Kepramukan, Seni Musik tradisional dan modern (Gamelan, Marching Band, dan Group Band), Seni Tari, dan Olahraga dan Beladiri, dll. Selanjutnya dalam proses belajar mengajar di kelas saya menerapkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran serta pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran.

1 comments: