Selamat Datang di Blog GURU NGAWI RAMAH - Menginspirasi dan Berbagi - Ayo Kunjungi Portal Rumah Belajar di https://belajar.kemdikbud.go.id dan Instal aplikasi rumah belajar di Handphone - Berbagi dan Berkolaborasi Belajar Bersama di Portal Rumah Belajar - Belajar Dimana Saja, Kapan Saja, Dengan Siapa Saja
banner image

GURU NGAWI RAMAH

Menginspirasi dan Berbagi

GURU NGAWI RAMAH

Menginspirasi dan Berbagi

GURU NGAWI RAMAH

Menginspirasi dan Berbagi

GURU NGAWI RAMAH

Menginspirasi dan Berbagi

Theme 62

Jumat, 09 Desember 2022

Jurnal Refleksi Ke-11 Akhir CGP Angkatan 5

 Model DEAL (Description, Examination, Articulation of Learning)


DESCRIPTION

Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 5 yang saya ikuti sejak bulan Juni  sampai Desember 2022 saya mempelajari semua materi di LMS dengan alur MERDEKA , mulai dari diri hingga Aksi Nyata. Di dalam Pendidikan Guru Penggerak ini saya mempelajari 3 Modul, yakni :

1. Modul 1 Paradigma dan Visi Guru Penggerak , yang terbagi dalam 4 sub modul yaitu :

a. Modul 1.1 Filosofi Pendidikan KHD

b. Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak

c. Modul 1.3 Visi Guru Penggerak

d. Modul 1.4 Budaya Positif


2. Modul 2 Praktik Pembelajaran yang Berpihak Pada Murid, yang terbagi dalam 3 sub modul, yaitu :

a. Modul 2.1 Pembelajaran untuk memenuhi Kebutuhan Belajar Murid

b. Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional

c. Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik


3. Modul 3 Pemimpin Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah, yang terbagi dalam 3 sub modul, yaitu :

a. Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin

b. Modul 3.2 Peran Pemimpin dalam Mengelola Sumber Daya

c. Modul 3.3 Pengelolaan Program Yang Berdampak Positif bagi Murid

Selama mengikuti pendidikan guru penggerak angkatan 5 ini saya didampingi oleh fasilitator (Kak Seno) dan Pengajar Praktik (Pak Matrik Agoes Prasetyo). Fasilitator membimbing saya dalam kegiatan daring dan pengerjaan tugas melalui LMS. Sedangkan pengajar praktik memberikan pendampingan individu selama 6 kali secara tatap muka. Dengan mempelajari serangkaian modul di LMS dengan alur MERDEKA (Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi Antar Materi dan Aksi Nyata) memudahkan saya dalam memahami materi.


EXAMINATION

Selama mengikuti pendidikan guru penggerak ini banyak hal yang saya dapatkan dan saya pelajari. Mulai dari Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara sampai Pengelolaan Program yang Berdampak Positif bagi Murid. Hal ini menjadi titik balik bagi saya untuk melakukan perubahan dengan menjadi pemimpin pembelajaran yang berpihak pada peserta didik. Hal ini merupakan hal baru bagi saya dan merupakan perubahan paradigma pendidikan yang sangat fundamental. Dengan berbekal ilmu yang saya pelajari di Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 5 ini , saya berharap bisa menjadi penggerak untuk bisa melakukan perubahan pendidikan di kelas dan sekolah tempat saya bertugas.


ARTICULATION OF LEARNING

Materi yang saya terima selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak sangat bermanfaat dalam melakukan perubahan untuk mewujudkan pendidikan yang berpihak pada murid. Dari mulai perubahan mindset pendidikan dengan Filosofi Ki Hajar Dewantara, Mengetahui Nilai dan peran Guru penggerak, Visi Guru penggerak serta menumbuhkan Budaya Positif. Selanjutnya praktik pembelajaran yang berpihak pada murid dengan melakukan pembelajaran yang berdiferensiasi, pembelajaran sosial dan emosional serta coaching untuk supervisi akademik. Serta Pemimpin pembelajaran untuk Pengembangan Sekolah. 

Pengetahuan dan pengalaman yang saya dapatkan selama mengikuti pendidikan guru penggerak juga akan saya bagikan kepada teman sejawat untuk saya ajak bersinergi dan berkolaborasi dalamn mewujudkan pendidikan yang berkualitas serta berpihak pada peserta didik.


Jurnal Refleksi Modul 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak Positif bagi Murid.




Jurnal Refleksi Modul 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak Positif bagi Murid.

Model 4F (Facts, Feelings, Findings, Future)

Pada refleksi modul 3.3 ini saya akan menuliskan apa yang telah saya lakukan selama satu minggu ini, hal apa yang menarik yang saya temui, dan rencana selanjutnya yang akan saya lakukan pada minggu selanjutnya. Jurnal refleksi minggu ini saya menggunakan model 1 yaitu 4F (Facts, Feelings, Findings, Future) yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway.

1. Facts (Peristiwa)

Pada modul terakhir Program Guru Penggerak ini,banyak ilmu yang saya dapatkan, terutama dalam hal manajemen waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sempat tertunda. Minggu ini adalah minggu terakhir pembelajaran modul 3.3 tentang pemimpin dalam pengelolan program yang berdampak pada murid. Modul ini merupakan paket modul terakhir pembelajaran Calon guru penggerak Angkatan ke 5 Kabupaten Ngawi.

Kegiatan minggu ini dimulai dengan Alur MERDEKA, Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual. Demonstrasi kontekstual merupakan rancangan program yang berdampak pada murid dengan menggunakan pemenuhan tahapan BAGJA .

BAGJA merupakan singakatan dari buat pertanyaan, ambil pelajaran, gali mimpi jabarakan rencana dan atur eksekusi. Setelah penyelesaian demonstrasi kontekstual, selanjutnya melaksanakan Elaborasi Pemahaman bersama Instruktur, Koneksi antar materi dalam modul 3.3 . Koneksi ini berisikan tentang penjelasan judul latar belakang serta keterkaitan dengan modul sebelumnya. Keterkaitan dengan materi sebelumnya adalah pemetaan sumberdaya dengan program sekolah.

Dimana asset yang dimilki oleh sekolah perlu dikelola dengan baik untuk menggali potensi yang ada pada murid sehingga maksimalisasi pendidikan tercapai. Asset sekolah adalah modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan,modal financial,modal politik, modal agama dan budaya.

2. Feelings (Perasaan)

Yang saya rasakan pada minggu ke dua ini adalah minggu yang membahagiakan sekaligus menyedihkan. Membahagiakan karena meskipun banyak tugas yang harus saya kerjakan, dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Saya berupaya akan adanya perubahan sebagai guru sebelum dan sesudah mengikuti PGP karena tugas sebagai Guru Penggerak sangatlah luar biasa yaitu untuk mengimplementasikan Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid. Adapun hal yang menyedihkan adalah pada minggu ini merupakan vicon terakhir kami dengan Fasilitator kami yaitu kak Seno yang selama kami menjalani program guru penggerak selalu sabar dan juga telaten membimbing kami dalam mengerjakan tugas-tugas di LMS. Meskipun kami belum pernah bertemu dengan beliaunya secara langsung, akan tetapi kedekatan rasa persaudaraan antara Fasilitator dan semua CGP di kelas kami terasa seperti keluarga.



3. Findings (Pembelajaran)

Modul 3.3 ini menambah pemahaman saya bahwa sebuah program yang dirancang dan dibuat perlu termuat contents voice/suara, choice/pilihan dan ownership/kepemilikan murid. Langkah yang dilakukan dalam membuat program yang berdampak pada murid adalah dengan mapping asset/ strengthness / potensi yang dimiliki oleh sekolah dengan tepat. Mapping asset yang tepat akan memudahkan optimalisasi program berjalan dengan lancar tentunya membantu meminimalisir kendala. Optimalisasi asset yang benar tentunya memudahakan dalam mewujutkan visi-dan misi sekolah.

Modul ini juga menambah wawasan kami CGP untuk mengelola sebuah program yang berdampak pada murid dengan strategi MELR ( monitoring, evaluation, learning and reporting). Selain dari itu kami juga di ajarkan pentingnya mengkaji SWOT (strengths,weakness,opportunities,threats) pada rencana program yang dibuat. Analisis SWOT (kekuatan,kelemahan,peluang dan ancaman) ini pun bermanfaat untuk meminimalisir resiko dalam menjalankan program yang berdampak pada murid di SDN Margomulyo 1 Ngawi

Pembelajaran modul 3.3 ini merupakan point yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin dalam pembelajaran dalam rangka lebih berkreasi dan berinovasi serta bersinergi untuk mengembangkan asset yang ada di sekolah. Program yang terkelola dengan baik akan berdampak pada merdeka belajar dan tentunya akan melahirkan murid yang berprofil pelajar Pancasila.

4 Future (Penerapan)

Rancana kedepan dengan materi yang sudah didapat sebagai CGP akan sharing dengan rekan sejawat dan mengimplementasikan yang saya dapat di sekolah. Dalam menyusun sebuah program yang dirancang tentunya perlu termuat contents voice/suara, choice/pilihan dan ownership/kepemilikan murid. Jika ada kendala yang didapat kami CGP sudah tahu bagaimana meminimalisir resiko yang didapat.

Salam dan Bahagia

Jurnal Refleksi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin

 



Pada minggu ini sudah masuk ke modul 3 yang berisi tentang tes awal dan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Pada minggu ini saya mengalami kesibukan dengan jadwal yang sangat  padat. Sehingga saya harus berbagi waktu dalam penyelesaian tugas. Syukur alhamdulilah saya dapat melewatinya, dan berhasil menyelesaikan tugas demi tugas, meskipun harus bekerja keras hingga larut. Selain itu saya juga merasa kurang dapat mengerjakan secara maksimal karena konsentrasi terpecah dengan tugas-tugas diklat yang juga menuntut diselesaikan pada saat diklat berlangsung.

Pada minggu-minggu ini saya merasa tertekan dengan tugas-tugas tersebut baik dari CGP maupun dikat Pembelajaran Berbasis TIK (PembaTIK), dan alhamdulillah sudah masuk Level 3. Namun saya berprinsip dengan kegigihan hati untuk bisa menyelesaikan tugas semuanya, akhirnya satu demi satu terselesaikan sehingga timbul rasa puas hati. Pada materi pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, cukup melelahkan. Materi pengambilan keputusan ternyata sangat kompleks pada tahap bagaimana prosedur yang dilakukan pada saat proses mencari dasar yang tepat dalam pengambilan keputusan. Prosedur tersebut yaitu meliputi 4 paradigma benar lawan benar, 3 prinsip resolusi dan 9 langkah pengambilan keputusan.

Pembelajaran yang di dapat dalam materi pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran tersebut meliputi:

a.      Paradigma dilema etika yang berisi perasaan benar lawan benar. Dilema etika tersebut yaitu:

1)     Individu lawan masyarakat.

2)     Rasa keadilan lawan rasa kasihan.

3)     Kebenaran lawan kesetiaan

4)     Jangka pendek lawan jangka panjang

b.     Terdapat 3 prinsip resolusi, yaitu:

1)     Berpikir berbasis hasil akhir

2)     Berpikir berbasis peraturan

3)     Berpikir berbasis rasa peduli

c.      Prosedur pengambilan keputusan harus melewati tahapan, yang terdiri dari 9 langkah, yaitu:

1)     Mengenali nilai-nilai yang bertentangan

2)     Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi itu.

3)     Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

4)     Pengujian benar atau salah

5)     Pengujian paradigma benar lawan benar

6)     Melakukan prinsip resolusi

7)     Investigasi opsi trilema

8)     Buat keputusan

9)     Lihat lagi keputusan dan refleksikan

Setelah mempelajari bagaimana liku-liku cara mengambil keputusan untuk menghasilkan yang terbaik, maka ke depan saya apabila menemui masalah dalam lingkup pekerjaan saya, maka saya akan berpedoman dengan apa yang sudah diajarkan saat ini. Tugas-tugas dari diklat CGP yang berisi konsep dan dilanjut dengan prakteknya berpengaruh terhadap pikiran saya ke depan. Semoga saya dapat dengan gigih memperjuangkan untuk meraih keputusan yang terbaik bagi peserta didik.

Senin, 21 November 2022

3.1.a.8 Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin



1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Salah satu hasil pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang terkenal adalah filosofi Pratap Triloka yang berisi 3 hal pokok yaitu : Ing ngarso sung tulodo, artinya di depan menjadi teladan. Dalam pengambilan keputusan maka seyogyanya seorang guru harus menerapkan prinsip dan paradigma pengambilan keputusan yang tepat sehingga keputusan yang diambil adalah dapat dijadikan contoh atau teladan bagi murid-murid baik di kelas maupun kehidupan pribadinya. Dengan pengambilan keputusan yang tepat terutama dalam proses pembelajaran di kelas, maka akan mampu memberikan keteladanan kepada siswa dalam hal bagaimana mengambil keputusan yang tepat yang tentu saja akan berdampak pada kesejahteraan siswa kita. Ing madya mangun semangat karsa, artinya di tengah membangun. Hal ini seyogyanya keputusan seorang pemimpin pembelajaran harus bisa memberikan bagi murid untuk belajar dan mengembangkan potensi diri Tut wuri handayani. yang artinya di belakang memberi dukungan dalam penerapannya sebagai pemimpin, keputusan yang dibutuhkan harus memberikan dukungan, dorongan bagi murid sehingga bisa menjadi lebih baik.

Berdasarkan hal tersebut guru sebagai pemimpin pembelajaran seyogyanya menerapkan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan dengan berpegang teguh pada prinsip atau filosofi pratap triloka. Dimana nilai ketiga adalah sebagai teladan, sebagai motivator, pemberi dukungan yang sejatinya harus dimiliki oleh seorang pemimpin pembelajaran maka akan memberikan dasar yang baik dalam pengambilan keputusan, nilai-nilai tersebut yang ada dalam pemimpin pembelajaran akan mampu menghasilkan pengambilan keputusan yang tepat, bertanggung jawab dan berpihak pada kepentingan murid. Filosofi Pratap Triloka khususnya ing ngarsa sung tuladha memberikan pengaruh yang besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. KHD berpandangan bahwa sebagai seorang guru, itu harus memberikan tauladan atau contoh praktik baik kepada murid. Dalam setiap pengambilan keputusan, seorang guru harus memberikan karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap Triloka ing madya mangun karsa dan pada akhirnya guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya sebagai pamong yang mengarahkan murid menuju kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan filosofi Pratap Triloka Tut Wuri Handayani.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Setiap guru bainya memiliki nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai positif yang mampu mempengaruhi dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Nilai-nilai yang akan membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar. Keputusan tepat yang diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang mampu memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik. Nilai-nilai positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid adalah manifestasi dari pengimplementasian kompetensi social emosional kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran social dan keterampilan berinteraksi social dalam mengambil keputusan secara berkesadaran penuh untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.

Nilai-nilai yang dimiliki seseorang akan pikiran seseorang dalam suatu keputusan. nilai-nilai dalam diri akan menentukan cara pandang terhadap situasi atau masalah, prinsip kita dalam memutuskan sesuatu. Sebagai seorang pembelajaran guru berpegang teguh pada nilai keberpihakan pada murid, nilai religiusitas, dan nilai moral kebajikan universal serta nilai tanggung jawab sehingga dapat menghasilkan keputusan yang dapat ditanggung jwabkan. Nilai-nilai dasar pengambilan keputusan tersebut akan menjadi landasan yang memperkuat dan juga cara pandang terhadap masalah sehingga dapat mempertajam analisis terhadap kasus dilema etika maupun bujukkan moral yang dialami dan memperkuat paradigma berpikir maupun berpikir kita sehingga kita berani dan percaya diri dan juga mampu menghasilkan keputusan yang bisa diperbuat.

3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Coaching adalah ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apaila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil. Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah membantu saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat saya pertanggung jawabkan.

Coaching meliputi proses penjabaran masalah yang akan diambil keputusannya, dimana coach menguraikan masalahnya dengan membantu terbuka dan juga pertanyaan reflektif. Coachee juga menganalisis dan mengumpulkan informasi dan fakta untuk menentukan akar masalahnya, dan coach mengarahkan coachee untuk menemukan dan membuat daftar dari beragam pilihan-pilihan solusi atas masalahnya. Kegiatan terbimbing pada materi pembelajaran, sangat membantu sekali dalam mengarahkan guru pada pengambilan keputusan yang tepat dan guru sebagai coachee dapat menganalisis keputusan yang telah diambil, dengan pertanyaan – pertanyaan yang bisa mengembangkan metakognisi/berpikir kritis terhadap keputusan sehingga guru sebagai coachee bisa mengeksplor potensi diri dan menghasilkan keputusan yang berpihak pada murid sehingga gurupun dapat mengoptimalkan potensi siswa melalui pembinaan dalam pengambilan keputusan. Secara umum proses coaching merupakan kegiatan kemitraan antara coach dan coachee yang membantu coachee untuk membuat keputusan yang tepat terhadap masalah yang dihadapi. Tahap demi tahap proses coaching dari segi tujuan, masalah, rencana aksi dan berisi pertanyaan reflektif, terbuka dan efektif yang bisa menggali potensi coachee pada proses pengambilan keputusan, terutama 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan bisa dijadikan sebagai panduan coach untuk mengarahkan coachee pada pengambilan keputusan yang efektif .

TIRTA merupakan model coaching yang dikembangkan dengan semangat merdeka belajar. Model TIRTA menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching, yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. TIRTA adalah satu model coaching yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak saat ini. TIRTA dikembangkan dari Model GROW. GROW adalah akronim dari Goal, Reality, Options dan Will.

Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini,

Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,

Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.

Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.TIRTA akronim dari :

T : Tujuan

I : Identifikasi

R : Rencana aksi

TA: Tanggung jawab

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Sebagai seorang pendidik, kita harus mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar murid di kelas sehingga dalam proses pembelajaran murid mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar seluruh kepentingan murid dapat terakomodir dengan baik. Kompetensi sosial dan emosional diperlukan agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar di kelas maupun di sekolah.

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid dapat tercipta dari tangan pendidik yang mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang terjadi. Pendidik yang mampu melihat permasalahan dari berbagai kaca mata dan pendidik yang dengan tepat mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral.

Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak.Kita tahu bahwa Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik. Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau etika yang tepat sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak khususnya peserta didik.

Nilai-nilai yang dimiliki seseorang bisa berupa nilai kejujuran, loyalitas, kepedulian, kepedulian terhadap orang lain, memenuhi janji dan lainnya. Nilai yang ada tersebut akan menentukan prinsip dalam pengambilan keputusan. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, dalam membuat keputusan sering menggunakan lebih dari satu pertimbangan tentu berdasarkan nilai-nilai etika yang dipahami dan dianutnya. Pengambilan keputusan adalah memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai dengan situasi yang dialami. Sehingga nilai-nilai yang dianut seseorang akan menentukan sudut pandang, kecendrungan paradigma dan prinsip yang diambil seseorang dalam membuat keputusan.

Dilema Etika adalah situasi dimana terjadi batin karena situasi yang memiliki situasi yang sama namun bertentangan. Etika berarti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sehingga keputusan yang diambil mencerminkan nilai-nilai yang dianut atau dijunjung tinggi.

untuk itu dalam memutuskan kasus dilema etika maka guru harus memegang teguh 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan.

4 Paradigma Berpikir:
  • Individu lawan masyarakat (individu vs komunitas)
  • Rasa keadilan lawan rasa panggang (justice vs rahmat)
  • Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
  • Jangka pendek lawan jangka panjang (jangka pendek vs jangka panjang)

3 Prinsip Berpikir:
  • Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Berpikir Berbasis Peduli)

Sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan yaitu:

Langkah 1 : Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.
Langkah 2 : Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
Langkah 3 : Kumpulkan fakta-fakta yang relevan
Langkah 4 : Pengujian benar atau salah, yang terdiri atas:
1. Uji Hukum
2. Uji Regulasi/Standar Profesional
3. Uji Intuisi
4. Uji Halaman Depan Quran
5. Uji Panutan/Idola

Langkah 5: Pengujian Para digma Benar lawan Benar
Langkah 6: melakukan Prinsip Re solusi
Langkah 7 : Investigasi Opsi Trilema
Langkah 8: Buat keputusan
Langkah 9, Tinjau lagi keputusan dan refleksikan

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat , maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Pengambilan keputusan yang tepat akan memiliki konsekuensi positif terhadap institusi atau lembaga diaman kita berada. Pengambilan keputusan adalah bagian terberat dari tugas sebagai pemimpin pembelajaran, karena secara langsung atau tidak langsung keputusan kita akan berpengaruh terhadap institusi yaitu dalam hal ini sekolah atau lingkungan tempat kita berada, dan terutama komunitas dimana kita berada atau siswa yang mungkin juga berpengaruh terhadap kualitas pendidikan.

Sehingga dalam membuat keputusan kita harus memikirkan konsekuensi yang efektif dari keputusan kita, dengan terlebih dahulu memikirkan terlebih dahulu keputusan kita menggunakan prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang. Karena jika keputusan kita tepat, maka akan terwujud lingkungan yang positif, juga kondusif serta aman dan nyaman, karena keputusan kita menentukan hal tersebut dan begitu juga sebaliknya. Jika kita salah mengambil keputusan, tentu saja konsekuensinya juga tidak akan baik dan berdampak buruk pada lingkungan dan orang-orang yang beroperasi secara langsung maupun tidak langsung dengan keputusan kita.

7. Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Menurut pendapat saya, semua tergantung kepada keputusan seperti apa yang diambil, apabila keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak kepada murid, dalam hal metode, media, penilaian dan lain sebagainya maka kemerdekaan belajar murid hanya sebuah omong kosong belaka dan tentunya murid tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan kondratnya.

Jika masalah yang timbul merujuk bersinggungan dengan pihak lain baik itu guru ataupun karyawan, maka dalam menjalankan pengambilan keputusan saya akan menyesuaikan dengan lingkungan baik jangka pendek atau jangka Panjang yang harus dihadapi setelah keputusan itu diambil.

8. Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Keputusan yang kita ambil sebagai pemimpin pembelajaran tentunya harus memerdekakan murid-murid kita. Keputusan seorang guru dalam proses pembelajaran dilakukan dengan cara memberikan tuntunan yang bisa mengarahkan siswa pada pengembangan potensi, kebebasan berpendapat dan kebebasan mengekspresikan diri dalam proses pembelajaran sehingga mereka mendapatkan kebebasan belajarnya.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Ketika guru sebagai pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid, maka dapat dipastikan murid-muridnya akan belajar menjadi oang-orang yang merdeka, kreatif , inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Di masa depan mereka akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya.

Keputusan yang diambil oleh seorang guru akan menjadi ibarat pisau yang disatu sisi apabila digunakan dengan baik akan membawa kesuksesan dalam kehidupan murid di masa yang akan dating. Demikian sebaliknya apabila kebutuhan tersebut tidak diambil dengan bijaksana maka bisa jadi berdampak sangat buruk bagi masa depan murid-murid. Keputusan yang berpihak kepada murid haruslah melalui pertimbangan yang sangat akurat dimana dilakukan terlebih dahulu pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan belajar murid untuk kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran. Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being). Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila. Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran guru harus mampu menerapkan Prinsip pratap triloka dari Ki hadjar Dewantara, yaitu Ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani. Sebagai penuntun, guru juga harus memiliki dasar pengambilan keputusan yaitu berupa nilai yang berpihak pada siswa dengan berpedoman pada nilai-nilai moral, religiusitas dan nilai-nilai universal serta bertanggung jawab. Nilai seorang guru yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, kreatif dan berpihak pada murid juga menjadi pedoman pengambilan keputusan.

Dalam membuat keputusan dibutuhkan juga menghargai visi, misi sekolah, budaya dan nilai sebagai pengambilan keputusan di sekolah sebagai pemimpin pembelajaran. Guru juga harus mandiri belajar murid dengan mengarahkan murid pada proses pembelajaran dan pengembangan potensi siswa melalui proses pembinaan sehingga dapat mengambil keputusan dengan tepat dan hal ini akan memudahkan siswa dalam menentukan masa kelak. Kompetensi sosial emosional yang matang dari seorang guru akan mendukungnya dalam pengambilan keputusan yang tepat. Kompetensi ini meliputi kesadaran diri atau self awareness, Pengelolaan diri (self management), Kesadaran sosial atau kesadaran sosial, dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skill).

Sebagai pemimpin pembelajaran maka ketika kita berada dalam situasi dilema etika maupun moral, kita menggunakan prinsip kesadaran penuh atau mindfullness sehingga kita akan sadar dengan berbagai opsi dan konsekuensi yang ada, keputusan yang dihasilkan pun dapat dipermudah dan bermanfaat. Selain itu, pembelajaran di kelas dengan mengambil strategi untuk membedakan yang sesuai kebutuhan belajar murid akan mampu mengarahkan siswa pada proses pengembangan potensi mereka dan juga melalui proses pembinaan sehingga mereka dapat mencapai kemerdekaan belajarnya.

Dalam pengambilan keputusann guru harus menerapkan prinsip atau dasar pengambilan keputusan yang tepat yaitu menggunakan empat paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Untuk itu saya harus berlatih menerapkan kemampuan pengambilan keputusan ini menggunakan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan yang saya lakukan sebagai aksi nyata yang harus saya lakukan dalam pembelajaran di kelas maupun di sekolah saya yang saya buat dalam rencana program




Sabtu, 05 November 2022

3.2.a.8 Koneksi Antar Materi Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

       

        Tujuan pembelajaran khusus dalam tugas 3.2.a.8 Koneksi Antar Materi pada modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya adalah CGP mampu menghubungkan materi modul ini dengan modul-modul yang didapatkan sebelumnya. Pada sesi pembelajaran kali ini, Calon Guru Penggerak membuat kesimpulan dan mengoneksikan materi yang ada di dalam modul ini dengan materi lainnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :

1. Buatlah kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan ‘Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya’ dan bagaimana Anda bisa mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. 
        Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus peka terhadap ekosistem yang ada di sekolah baik itu ekosistem biotik maupun ekosistem abiotik. Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Guru harus memiliki kemampuan dalam memetakan segala aset yang ada pada ekosistem sekolah sebagai bagian dari faktor pendukung dalam keberhasilan pelaksanaan pembelajaran serta akan memberikan dampak positif yang besar dalam perkembangan dan pengembangan program sekolah. Pengelolaan Sumber Daya di sekolah dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (deficit-based approach) dan Pendekatan berbasis aset (asset-based approach). Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (deficit-based approach) akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak berfungsi dengan baik sehingga membuat perasaan pesimis. Pendekatan berbasis aset (asset-based approach) merupakan cara praktis menggali hal-hal yang positif sehingga timbul perasaan optimis walaupun dengan sumber daya yang minim. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus menggunakan pendekatan berbasis asset dalam pengelolaan sumber daya yang ada.


2. Jelaskan dan berikan contoh bagaimana hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas.  
        Contoh pengelolaan sumber daya yang tepat antara lain : 
  • Modal Manusia, modal manusia terdiri dari pengawas, komite, kepala sekolah, orang tua, guru, murid, penjaga, tendik dll. Salah satu contoh pengelelolaan sumber daya manusia di sekolah adalah guru. Guru sebagai modal manusia mempunyai potensi untuk berkembang. Misalnya guru memiliki kemampuan dalam hal kompetensi akademik dan non akademik , maka kemampuan tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan siswa melalui bimbingan yang lebih intensif baik melalui kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler, sehingga prestasi sekolah bisa meningkat baik secara akademik dan non akademik.
  • Modal Fisik, dengan adanya modal fisik seperti bangunan dan sarana prasarana yang mencukupi tentu saja dapat berpengaruh pada proses pembelajaran yang berkualitas. Misalnya adanya ruang Laboratorium TIK, ruang kelas yang memadai, ruang perpustakaan serta Aula yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan, hal ini dapat menunjang semua aktivitas kegiatan pembelajaran.
  • Modal Lingkungan/Alam, modal lingkungan seperti memiliki lahan yang cukup untuk dijadikan media/sarana bercocok tanam, atau green house.
  • Modal Finansial, dengan dukungan modal financial tentu saja proses pembelajaran akan lebih berkualitas. Jer Basuki Mawa Bea, artinya setiap keberhasilan memerlukan biaya. Selain dari BOS modal finansial di sekolah kami peroleh dari kantin dan koperasi siswa (KOPSIS) dimana keuntungannya bisa untuk mendukung program sekolah.
  • Modal Sosial, salah satu modal sosial yang ada di sekitar sekolah adalah Paguyuban Wali Murid. Paguyuban Wali Murid sangat penting dalam mendukung proses pembelajaran yang berkualitas. Jika ada hal-hal yang tidak bisa didanai oleh sekolah karena terbentur dengan peraturan penggunaan dana BOS, maka Paguyuban Wali Murid dapat memberikan solusi atas kendala tersebut. Sehingga proses pembelajaran akan berjalan dengan berkualitas.
  • Modal Politik, kerjasama dengan pihak lain di luar sekolah juga sangat penting dalam pengelolaan sumber daya. Misalnya bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dalam hal penentuan kebijakan pendidikan di daerah, Dinas Kesehatan tentang penyuluhan pola hidup bersih dan sehat serta imunisasi.
  • Modal Agama dan Budaya, modal agama memegang peranan yang sangat penting dalam dalam pembentukan karakter siswa. Sedangkan modal budaya, dapat membantu siswa dalam mengidentifikasi keanekaragaman budaya di daerah sehingga menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya daerahnya. Contohnya : mengenalkan tari orek-orek kepada siswa agar siswa dapat mengenal tari orek-orek sebagai tarian khas dari Kabupaten Ngawi, serta mengenalkan berbagai upacara adat di daerah.
3. Berikan beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan modul lainnya yang Anda dapatkan sebelumnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.

a. Modul 1.1 Filosofi Ki Hajar Dewantara
        Salah satu filosofi pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara adalah menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: "menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat". Anak-anak disini adalah murid yang merupakan modal manusia yang terdapat di sekolah dimana setiap murid memiliki bakat dan potensinya masing-masing, kita sebagai guru harus mengembangkan potensi yang dimiliki murid dan memanfaatkan asset tersebut sebagai asset unggul sekolah kita.

b. Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak
        Guru dalam hal ini adalah modal manusia sebagai pemimpin pembelajaran yang memiliki nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid. Seorang guru juga berperan sebagai pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, serta mewujudkan kepemimpinan murid. Dengan nilai dan peran guru penggerak yang dimiliki oleh guru, maka modal manusia yang dimiliki akan menjadi potensi/asset yang kuat demi kepentingan murid.

c. Modul 1.3 Visi Guru Penggerak
        Visi guru penggerak berbasis IA (Inkuiri Apresiatif) yang dituangkan dalam canvas BAGJA, juga dipakai dalam pengelolaan sumber daya. Inkuiri Apresiatif (IA) adalah suatu filosofi, landasan berpikir, yang berfokus pada upaya kolaboratif menemukan hal positif dalam diri seseorang, organisasi, dan dunia sekitarnya, baik dari masa lalu, masa kini, maupun masa depan. Untuk mencapai visi sekolah tentu kita harus memaksimalkan asset yang ada di lingkungan sekolah tersebut.

d. Modul 1.4 Budaya Positif
        Budaya positif adalah sikap, nilai-nilai kebajikan, keyakinan-keyakinan, kegiatan-kegiatan dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh guru dan murid dari dalam dirinya dan mempunyai dampak positif terhadap orang lain. Menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, segitiga restitusi tidak dapat dilakukan oleh sendiri. Butuh kerja sama semua unsur untuk mendukung terciptanya budaya sekolah. Budaya sekolah yang positif merupakan salah satu asset yang dimiliki sekolah, maka asset tersebut harus bisa diorganisasi dengan baik.

e. Modul 2.1 Pembelajaran Diferensiasi
        Pembelajaran Berdiferensiasi adalah suatu kegiatan pembelajaran yang di dalamnya terdapat keputusan guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas yang berorientasi kepada kebutuhan murid yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran, respon guru, lingkungan belajar, manajemen kelas dan penilaian berkelanjutan. Pembelajaran berdiferensiasi ini dapat terwujud dengan pengelolaan sumber daya yang ada di sekolah, baik itu modal manusia (guru dan murid), modal fisik, modal budaya, dll.

f. Modul 1.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional
        PSE adalah Pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. Komunitas dalam hal ini adalah kumpulan manusia yang terdapat dalam modal manusia. PSE juga dapat menggunakan modal fisik juga modal lingkungan yang ada di sekolah. Dengan mengoptimalkan sumber daya di sekolah sehingga capaian PSE akan maksimal.

g. Modul 2.3 Coaching
        Choacing adalah suatu kegiatan kolaborasi yang dilakukan untuk membantu memaksimalkan potensi lawan bicara (choachee). Pengembangan kekuatan dan potensi diri inilah yang menjadi tugas seorang coach (pendidik/pamong). Apakah pengembangan diri seorang coachee cepat, perlahan-lahan atau bahkan berhenti adalah tanggung jawab seorang coachee. Pengembangan potensi ini sama dengan yang digunakan dalam pengelolaan sumber daya. Dalam hal ini modal manusia dalam menuntun segala kodrat alam.

h. Modul 3.1 Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab
        Seorang pemimpin pembelajaran akan selalu dihadapkan dengan dua situasi yaitu dilema etika dan bujukan moral ketika dihadapkan dengan pengambilan keputusan yang tepat. Dengan bekal pengetahuan pengambilan keputusan yang baik, seorang pemimpin pembelajaran diharapkan dapat merumuskan keputusan dengan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Hal tersebut sangat berkaitan dengan pengelolaan asset atau sumber daya sekolah untuk kepentingan murid.

4. Ceritakan pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.

        Sebelum mempelajari modul 3.2 tentang pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya, terkadang saya masih menggunakan Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (deficit-based approach), sehingga yang ada adalah perasaan yang mengarah pada sisi negative, pesimis dan kegagalan. Tetapi setelah mempelajari modul ini, seorang pemimpin harus selalu berpikir berbasis kekuatan/potensi/asset sehingga akan berpikir positif dan berhasil dengan memaksimalkan potensi dan sumber daya yang ada. Maka selanjutnya saya akan terus merubah paradigma bahwa Pemimpin pembelajaran harus menggunakan Pendekatan berbasis aset (asset-based approach) dalam pengelolaan sumber daya dan mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah maupun masyarakat sekitar sekolah. Karena dengan lebih banyak membangun sisi positif yang dimiliki, maka kekuatan sumber daya yang ada dipastikan akan meningkat dan kemudian akan berkembang secara berkelanjutan.

Selasa, 01 November 2022

Tugas Demonstrasi Kontekstual Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

Pendidikan Guru Penggerak saat ini memasuki modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya. Pada tugas 3.2.a.6 Demonstrasi Kontekstual, Calon Guru Penggerak diminta melakukan kegiatan analisis video tentang visi dan prakarsa perubahan dari tayangan video praktik baik yang ada, mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan masing-masing tahapan B - A - G - J - A dari tayangan video yang ada, mengidentifikasi peran pemimpin pembelajaran dari tayangan video, serta menganalisis modal utama apa saja yang dimanfaatkan contoh video praktik baik ini.


Setelah melihat dan memperhatikan tayangan pada video praktik baik yang ada, visi sekolah yang dapat dimunculkan adalah "Terwujudnya Mutu Lulusan yang Mandiri, Kolaboratif, dan kreatif dengan Lingkungan Belajar yang nyaman dan menyenangkan". Adapun prakarsa perubahan yang dilakukan oleh guru dalam tayangan video praktik baik tersebut adalah mewujudkan kelas yang nyaman dan menyenangkan untuk belajar.





Hasil analisis terhadap tayangan video praktik baik berdasarkan alur BAGJA adalah sebagai berikut:

  1. B-uat pertanyaan utama, dalam tayangan video tersebut pertanyaan utama yang dimunculkan adalah "Bagaimana cara mewujudkan kelas yang nyaman dan menyenangkan untuk belajar?". Adapun upaya yang dapat dilakukan terdiri dari berkolaborasi dengan rekan sejawat dalam merumuskan kalimat pertanyaan utama prakarsa perubahan, membuat pertanyaan pemantik kepada siswa tentang kelas yang nyaman dan menyenangkan bagi mereka, dan membuat pertanyaan "Penyemangat Belajar" kepada siswa.
  2. A-mbil pelajaran, guru mengajukan pertanyaan "Kelas mana yang sudah berhasil membuat kelas yang nyaman dan menyenangkan?". Pertanyaan ini terjawab dengan adanya langkah atau tindakan berupa kegiatan observasi ke kelas 2 dan kelas 6 yang sudah berhasil. Pertanyaan kedua yang bisa diambil adalah "Bagaimana mengatur kelas yang nyaman dan menyenangkan?". Pertanyaan berikutnya yang dapat diambil sebagai berikut (1) Kegiatan apa yang dilakukan untuk mendapatkan kelas yang nyaman dan menyenangkan?, (2) Apa yang disukai oleh siswa tentang kelas yang menyenangkan?, dan (3) Apa yang menyenangkan dari kelas sendiri?. Langkah atau tindakan yang diambil oleh guru berupa kegiatan tanya jawab dengan siswa tentang kriteria kelas yang nyaman dan menyenangkan, dan mengiventarisasi kelas sendiri yang sudah baik dan menyenangkan.
  3. G-ali mimpi. Pertanyaan yang dapat dibuat adalah (1) bagaimana bayangan seperti apa kelas yang nyaman dan menyenangkan?, (2) kelas seperti apa yang kalian impikan?, dan (3) Gambarkan kelas yang nyaman dan menyenangkan yang dapat menjadi penyemangat belajar? Hal ini terlihat dari tindakan guru meminta siswa memejamkan mata dan meminta siswa membayangkan kelas seperti apa yang nyaman dan menyenangkan sehingga dapat menjadi penyemangat belajar. Langkah lainnya dengan melakukan kegiatan diskusi kelompok untuk menggambarkan lingkungan kelas yang nyaman, menyenangkan, dan dapat menjadi penyemangat dalam belajar sesuai dengan bayangan dari siswa dan dilanjutkan kegiatan presentasi kelas impian oleh siswa. Guru mencatat informasi kelas impian yang disampaikan oleh siswa.
  4. J-abarkan rencana, ini terlihat dengan pertanyaan "Apa yang harus kita lakukan untuk kelas impian kita?" dan "Apa yang dibutuhkan untuk mewujudkan kelas impian?" Tindakan yang dilakukan adalah kegiatan diskusi dan kolaborasi dengan murid dalam menginventarisasi usulan dari siswa tentang kelas impian mereka.
  5. A-tur eksekusi. Pada langkah ini pertanyaan yang dimunculkan adalah "Kapan waktu yang tepat dalam mewujudkan kelas impian?" dan menanyakan kesiapan siswa dalam mewujudkan kelas impian. Langkah yang diambil dalam mengeksekusi tindakan adalah dengan membentuk empat kelompok kerja dengan tugas yang ditetapkan, memberikan semangat dan motivasi kepada siswa bahwa kita pasti bisa. Pembagian tugas kelompok terdiri dari membersihkan kelas, membuat hiasan dinding, menyusun bangku, dan menyusun buku. Langkah berikutnya adalah kegiatan pembersihan kelas, menata bangku, memasang hiasan di dinding, dan menata buku. Guru memberikan apresiasi kepada siswa setelah selesai membuat ruang kelas menjadi nyaman dan menyenangkan.

Apa peran pemimpin yang tergambar dalam tayangan video?

  1. Pemimpin Pembelajaran yaitu dengan mengadopsi kerangka berpikir inkuiri apresiatif dalam memimpin perubahan sehingga dapat mengemas mengelola perubahan dengan tahapan-tahapannya (BAGJA). Menjadi pemimpin pembelajaran dengan menjadi pemimpin yang menaruh perhatian penuh secara sengaja pada komponen pembelajaran, yaitu ruangan kelas yang menjadi tempat utama bagi siswa dalam belajar di sekolah dengan membuat lingkungan sekolah yang aman, nyaman, menyenangkan, namun tetap menantang, dan relevan untuk para muridnya. Berperan sebagai pemimpin yang berorientasi pada sebesar-besarnya kepentingan tumbuh, kembang, dan mekarnya murid (flourish).
  2. Mendorong kolaborasi, Dalam hal ini berarti bekerja bersama untuk mencapai suatu tujuan atau menghasilkan sesuatu. Dalam video tayangan tersirat makna bahwa setiap pihak yang terlibat memiliki kekuatan yang saat dipersatukan menjadi saling melengkapi dan produktif. Oleh karena itu, agar suatu inisiatif kolaborasi menjadi produktif, maka tiap anggota yang terlibat di dalamnya membawa “sesuatu” yang berkontribusi pada proses dan hasil yaitu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan atau penyemangat belajar. Mampu mengomunikasikan urgensi dari inisiatif perubahan yang sedang dibawakannya, terutama dalam membawa dampak positif pada murid.
  3. Mewujudkan Kepemimpinan Murid (Student Agency), Guru tersebut memahami bagaimana meramu pengalaman belajar sehingga murid merasa nyaman dalam belajar, kompeten, mandiri, dicintai, dan memiliki kepercayaan diri serta determinasi untuk mencapai segala yang mereka impikan. Memampukan diri untuk menuntun murid di sekolahnya agar murid berdaya dan turut aktif berkontribusi pada proses pembelajarannya. Dalam mewujudkan kepemimpinan murid, Guru mengerti betul esensi dari Tut Wuri Handayani, sehingga mereka menempatkan murid pada kursi pemegang kendali proses pembelajaran mereka sendiri. Guru Penggerak menuntun murid mereka belajar merdeka untuk merdeka belajar.
Apa saja modal utama yang dimanfaatkan oleh pemimpin pembelajaran dalan tayangan video? lalu bagaimana pemanfataannya?

Modal utama yaitu asset murid, pemanfaatannya dengan memberdayakan kemampuan murid-murid berkolaborasi dalam menghias kelas agar kelas menjadi penyemangatnya dalam belajar, membagi tugas murid secara berkelompok dalam menciptakan suasana kelas yang menarik, melalui ketrampilan-ketrampilan murid yang dipajang, hasil karya murid yang dipajang. Selain asset murid juga asset kelas lain atau kondisi kelas lain yaitu dengan mengajak murid untuk melihat kelas lain kemudian menanyakan kepada murid kelas lain hal apa yang menarik di kelas lain tersebut yang bisa diadopsi untuk menciptakan ruang kelasnya sendiri agar menarik.

Rencana Strategi PembaTIK Level 4 Tahun 2022



Hari ini Kamis, 20 Oktober 2022 adalah hari ke-2 Bimbingan Teknis PembaTIK Level 4 Berbagi Jawa Timur Tahun 2022. Pada kegiatan Bimtek PembaTIK Level 4: Jawa Timur hari ke-2 ini masing-masing peserta mempresentasikan Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang akan dilaksanakan setelah kegiatan Coaching. Coach atau Tutor terdiri dari Tim dari Pusdatin yaitu Bapak Dr. Abi Sujak, M.Sc dan Drs. Hendro G, M.Ikom, dan Ibu kamiliya Ishma C.A dan Coach dari Duta Rumah Belajar yaitu Duta Rumah Belajar Jawa Timur 2017 Ibu Roro Martiningsih, Duta Rumah Belajar Jawa Timur 2018 Pak Rachmad Effendi, M.Pd, Duta Rumah Belajar Jawa Timur Tahun 2019 Bu Atiko, M.Pd dan Pak. Noval Abdillah, S.Pd.Gr, Duta Rumah Belajar Jawa Timur Tahun 2020 Ibu Kiki Niken Saputri, S.Pd.Gr serta Duta Rumah Belajar Jawa Timur Tahun 2021 Bapak. Ilham Saputra, S.Pd.Gr



Kemudian para Tutor atau Coach memberikan Saran dan Koreksi terkait RTL Peserta untuk perbaikan dan penyempurnaan RTL kami sebagai Peserta agar RTL dapat dilaksanakan dan berjalan sesuai dengan Target yg direncanakan.



Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak dan Ibu Tutor dari Pusdatin Kemdikbud dan Duta Rumah Belajar Jawa Timur 2017 - 2021 yang selalu membimbing kami sehingga bisa menjadi guru yg kreatif, inovatif dan produktif demi mencerdaskan anak bangsa.


Senin, 31 Oktober 2022

Vlog Berbagi Praktik Baik

 



Pada vlog berbagi praktik baik kali ini, saya akan berbagi tentang Best Practise saya dalam Pembelajaran Model Discovery Learning dengan memanfaatkan Fitur Augmented Reality Rumah Belajar pada muatan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) materi bagian-bagian tumbuhan.
Konten pembelajaran Augmented Reality merupakan media pembelajaran digital yang memungkinkan pengguna untuk melihat obyek-obyek 2D atau 3D yang diproyeksikan terhadap dunia nyata. Konten pembelajaran Augmented Reality (AR) yang dikembangkan oleh Pusdatin pada Portal Rumah Belajar diharapkan mampu menjadi media pembelajaran alternatif dengan menghadirkan obyek tambahan berupa teks, suara, gambar, video, obyek 2 Dimensi maupun 3 Dimensi. Konten pembelajaran AR yang tersedia di portal Rumah Belajar dikembangkan dari materi-materi instruksional sesuai dengan kurikulum pada jenjang Pendidikan dari PAUD, SD, SMP, SMA dan SMK.


Menghadirkan obyek sebagai realitas tertambah yang terdapat dalam aplikasi AR tentunya akan mempermudah bagi para pengguna untuk memahami sebuah konsep dari materi yang dikembangkan. Pemanfaatan konten pembelajaran AR bisa menggunakan gawai pintar (smartphone) maupun Tablet yang nantinya digunakan untuk melihat dan mengamati obyek dari marker yang telah disediakan. Nikmati konten pembelajaran AR dari portal Rumah Belajar dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun. Penggunaan konten pembelajaran pada fitur Augmented Reality ini sangat mudah. Yakni dengan cara masuk pada Rumah Belajar melalui alamat : https://belajar.kemdikbud.go.id/augmented


Selanjutnya Silahkan pilih materi yang sesuai, dalam hal ini saya menggunakan materi Bagian-bagian Tumbuhan.Lalu unduh dua bagian konten AR berupa file APK pada bagian ‘Install’ dan Marker sebagai alat bantu untuk melihat obyek pada bagian “Marker”. Pasang (install) file APK yang sudah didownload pada gawai pintar (Smartphone) lalu gunakanlah aplikasi pada gawai pintar untuk memunculkan obyek dari marker yang sudah disediakan dengan fasilitas scan pada aplikasi.


Untuk membuat pembelajaran lebih menarik saya mencoba mencari model-model pembelajaran Inovatif dengan mengunjungi websiste Pembelajaran Inovatif yang disediakan oleh kemdikbud melalui alamat : https://sibatik.kemdikbud.go.id/inovatif/ Dalam best practise ini saya menggunakan model pembelajaran Discovery Learning, dengan tahap-tahap/ sintaks sebagai berikut :


a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Guru juga dapat memulai dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.


b. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran berdasarkan hasil stimulasi, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah).


c. Data collection (Pengumpulan Data).
Ketika eksplorasi berlangsung, guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Pada tahap pengumpulan data ini peserta saya persilahkan untuk menggunakan fitur Augmented Reality rumah belajar, dalam mengumpulkan informasi tentang bagian-bagian tumbuhan.


d. Data Processing (Pengolahan Data)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu


e. Verification (Pembuktian)
Tahap ini memberikan kesempatan siswa untuk melakukan pemeriksaan secara cermat dalam membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing. Disini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.


f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap ini adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi


VLOG BEST PRACTISE



#pusdatinkemendikbudristek #pembatik2022 #dutarumahbelajar2022 #merdekabelajar #rumahbelajar

Sosialisasi Pemanfaatan PMM dan Portal Rumah Belajar

 


Dalam rangka percepatan Implementasi Kurikulum Merdeka Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi melaksanakan Sosialisasi Pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar agar semua lembaga yang melaksanakan Implementasi Kurikulum Merdeka baik secara mandiri maupun sekolah penggerak untuk dapat meningkatkan kompetensi dan pemahaman dalam implementasi kurikulum merdeka dengan mengikuti Pelatihan Mandiri di Platform Merdeka Mengajar.

Dalam upaya percepatan Implementasi Kurikulum Merdeka tersebut, saya selaku Fasilitator Daerah (FASDA) Kurikulum Merdeka diberikan amanah oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ngawi sebagai Narasumber dan mendampingi guru-guru di tiap Kecamatan yang terdiri dari 19 Kecamatan di kabupaten Ngawi, untuk dapat segera memanfaatkan Platform Merdeka Mengajar dan meningkatkan Adoption Rate Platform Merdeka Mengajar di Kabupaten Ngawi.

Dalam kegiatan Sosialisasi Pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar tersebut, selaku Sahabat Rumah Belajar, tak lupa saya juga berbagi praktik baik saya dalam mengunggah karya di Platform Merdeka Mengajar dengan melakukan pembelajaran Inovatif dengan memanfaatkan fitur-fitur unggulan di Portal Rumah Belajar, diantaranya Sumber Belajar, Laboratorium Maya, Edu game, Augmented Reality, serta Wahana Jelajah Angkasa.

Dengan memanfaatkan fitur-fitur di Rumah Belajar kita dapat dengan mudah membuat bukti karya, baik berupa Bahan Ajar, Praktik Baik, Praktek Pembelajaran, RPP/Modul Ajar, Kepemimpinan, serffta Karya lainnya. Dengan mengunggah bukti karya di Platform Merdeka mengajar diharapkan semua guru-guru saling berbagi praktik baik dan berkolaborasi, untuk dapat menginspirasi seluruh guru di Indonesia.




#pusdatinkemendikbudristek #pembatik2022 #dutarumahbelajar2022 #merdekabelajar #rumahbelajar

Webinar Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi melalui Pemanfaatan Platform Teknologi PMM dan Rumah Belajar




Salah satu ciri dari implementasi Kurikulum Merdeka adalah adanya pembelajaran Berdiferensiasi, Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar murid. Guru memfasilitasi murid sesuai dengan kebutuhannya, karena setiap murid mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama. Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi guru perlu memikirkan tindakan yang masuk akal yang nantinya akan diambil, karena pembelajaran berdiferensiasi tidak berarti pembelajaran dengan memberikan perlakuan atau tindakan yang berbeda untuk setiap murid, maupun pembelajaran yang membedakan antara murid yang pintar dengan yang kurang pintar.

Ciri-ciri atau kerekteristik pembelajaran berdiferensiasi antara lain; lingkungan belajar mengundang murid untuk belajar, kurikulum memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, terdapat penilaian berkelanjutan, guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar murid, dan manajemen kelas efektif.




Guru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid harus dapat memfasilitasi siswa dengan berbagai jenis konten sesuai dengan profil belajarf dan kebutuhan peserta didik. Untuk itu dibutuhkan sebuah layanan yang dan metode yang tepat, salah satu layanan dari kemdikbud dan dapat dimanfaatalkan adalah Portal Rumah Belajar, yang menyediakan berbagai fitur dan konten yang dapat diakses secara gratis bagi siswa, guru, masyarakat umum. Salah satu fitur yang menyediakan berbagai konten yang dapat memfasilitasi peserta didik dalam belajar adalah fitur Sumber Belajar yang menyediakan berbagai jenis sumber belajar, baik berupa video, audio, dan konten web (MPI). Konten-konten di fitur Sumber Belajar dapat memenuhi kebutuhan peserta didik dengan gaya belajar visual, auditory maupun kinestetik.

Hal ini yang melatarbelakangi saya Budi Utomo, Sahabat Rumah Belajar Jawa Timur, melakukan sosialisasi dengan tema Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi melalui Pemanfaatan Platform Teknologi Rumah Belajar dan Platform Merdeka Mengajar . Sosialisasi ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 31 Otober 2022 secara daring melalui Live Streaming You Tube yang difasililitasi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ngawi dan Organisasi Profesi PGRI Kabupaten Ngawi. Kegiatan dimulai pukul 18.30 - 19.30 WIB dibuka secara langsung oleh Bapak Ismono, M.Pd selaku Ketua PGRI Kabupaten Ngawi, kegiatan ini diikuti oleh anggota PGRI se Kabupaten Ngawi. Pada kegiatan ini saya Budi Utomo berkolaborasi dengan Bapak Purwanto, S.Kom, M.Pd selaku Ketua FGTIK Nasional.




Lampiran  :