Selamat Datang di Blog GURU NGAWI RAMAH - Menginspirasi dan Berbagi - Ayo Kunjungi Portal Rumah Belajar di https://belajar.kemdikbud.go.id dan Instal aplikasi rumah belajar di Handphone - Berbagi dan Berkolaborasi Belajar Bersama di Portal Rumah Belajar - Belajar Dimana Saja, Kapan Saja, Dengan Siapa Saja
banner image

Theme 62

Sabtu, 05 November 2022

3.2.a.8 Koneksi Antar Materi Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

       

        Tujuan pembelajaran khusus dalam tugas 3.2.a.8 Koneksi Antar Materi pada modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya adalah CGP mampu menghubungkan materi modul ini dengan modul-modul yang didapatkan sebelumnya. Pada sesi pembelajaran kali ini, Calon Guru Penggerak membuat kesimpulan dan mengoneksikan materi yang ada di dalam modul ini dengan materi lainnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :

1. Buatlah kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan ‘Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya’ dan bagaimana Anda bisa mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. 
        Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus peka terhadap ekosistem yang ada di sekolah baik itu ekosistem biotik maupun ekosistem abiotik. Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Guru harus memiliki kemampuan dalam memetakan segala aset yang ada pada ekosistem sekolah sebagai bagian dari faktor pendukung dalam keberhasilan pelaksanaan pembelajaran serta akan memberikan dampak positif yang besar dalam perkembangan dan pengembangan program sekolah. Pengelolaan Sumber Daya di sekolah dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (deficit-based approach) dan Pendekatan berbasis aset (asset-based approach). Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (deficit-based approach) akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak berfungsi dengan baik sehingga membuat perasaan pesimis. Pendekatan berbasis aset (asset-based approach) merupakan cara praktis menggali hal-hal yang positif sehingga timbul perasaan optimis walaupun dengan sumber daya yang minim. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus menggunakan pendekatan berbasis asset dalam pengelolaan sumber daya yang ada.


2. Jelaskan dan berikan contoh bagaimana hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas.  
        Contoh pengelolaan sumber daya yang tepat antara lain : 
  • Modal Manusia, modal manusia terdiri dari pengawas, komite, kepala sekolah, orang tua, guru, murid, penjaga, tendik dll. Salah satu contoh pengelelolaan sumber daya manusia di sekolah adalah guru. Guru sebagai modal manusia mempunyai potensi untuk berkembang. Misalnya guru memiliki kemampuan dalam hal kompetensi akademik dan non akademik , maka kemampuan tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan siswa melalui bimbingan yang lebih intensif baik melalui kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler, sehingga prestasi sekolah bisa meningkat baik secara akademik dan non akademik.
  • Modal Fisik, dengan adanya modal fisik seperti bangunan dan sarana prasarana yang mencukupi tentu saja dapat berpengaruh pada proses pembelajaran yang berkualitas. Misalnya adanya ruang Laboratorium TIK, ruang kelas yang memadai, ruang perpustakaan serta Aula yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan, hal ini dapat menunjang semua aktivitas kegiatan pembelajaran.
  • Modal Lingkungan/Alam, modal lingkungan seperti memiliki lahan yang cukup untuk dijadikan media/sarana bercocok tanam, atau green house.
  • Modal Finansial, dengan dukungan modal financial tentu saja proses pembelajaran akan lebih berkualitas. Jer Basuki Mawa Bea, artinya setiap keberhasilan memerlukan biaya. Selain dari BOS modal finansial di sekolah kami peroleh dari kantin dan koperasi siswa (KOPSIS) dimana keuntungannya bisa untuk mendukung program sekolah.
  • Modal Sosial, salah satu modal sosial yang ada di sekitar sekolah adalah Paguyuban Wali Murid. Paguyuban Wali Murid sangat penting dalam mendukung proses pembelajaran yang berkualitas. Jika ada hal-hal yang tidak bisa didanai oleh sekolah karena terbentur dengan peraturan penggunaan dana BOS, maka Paguyuban Wali Murid dapat memberikan solusi atas kendala tersebut. Sehingga proses pembelajaran akan berjalan dengan berkualitas.
  • Modal Politik, kerjasama dengan pihak lain di luar sekolah juga sangat penting dalam pengelolaan sumber daya. Misalnya bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dalam hal penentuan kebijakan pendidikan di daerah, Dinas Kesehatan tentang penyuluhan pola hidup bersih dan sehat serta imunisasi.
  • Modal Agama dan Budaya, modal agama memegang peranan yang sangat penting dalam dalam pembentukan karakter siswa. Sedangkan modal budaya, dapat membantu siswa dalam mengidentifikasi keanekaragaman budaya di daerah sehingga menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya daerahnya. Contohnya : mengenalkan tari orek-orek kepada siswa agar siswa dapat mengenal tari orek-orek sebagai tarian khas dari Kabupaten Ngawi, serta mengenalkan berbagai upacara adat di daerah.
3. Berikan beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan modul lainnya yang Anda dapatkan sebelumnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.

a. Modul 1.1 Filosofi Ki Hajar Dewantara
        Salah satu filosofi pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara adalah menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: "menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat". Anak-anak disini adalah murid yang merupakan modal manusia yang terdapat di sekolah dimana setiap murid memiliki bakat dan potensinya masing-masing, kita sebagai guru harus mengembangkan potensi yang dimiliki murid dan memanfaatkan asset tersebut sebagai asset unggul sekolah kita.

b. Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak
        Guru dalam hal ini adalah modal manusia sebagai pemimpin pembelajaran yang memiliki nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid. Seorang guru juga berperan sebagai pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, serta mewujudkan kepemimpinan murid. Dengan nilai dan peran guru penggerak yang dimiliki oleh guru, maka modal manusia yang dimiliki akan menjadi potensi/asset yang kuat demi kepentingan murid.

c. Modul 1.3 Visi Guru Penggerak
        Visi guru penggerak berbasis IA (Inkuiri Apresiatif) yang dituangkan dalam canvas BAGJA, juga dipakai dalam pengelolaan sumber daya. Inkuiri Apresiatif (IA) adalah suatu filosofi, landasan berpikir, yang berfokus pada upaya kolaboratif menemukan hal positif dalam diri seseorang, organisasi, dan dunia sekitarnya, baik dari masa lalu, masa kini, maupun masa depan. Untuk mencapai visi sekolah tentu kita harus memaksimalkan asset yang ada di lingkungan sekolah tersebut.

d. Modul 1.4 Budaya Positif
        Budaya positif adalah sikap, nilai-nilai kebajikan, keyakinan-keyakinan, kegiatan-kegiatan dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh guru dan murid dari dalam dirinya dan mempunyai dampak positif terhadap orang lain. Menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, segitiga restitusi tidak dapat dilakukan oleh sendiri. Butuh kerja sama semua unsur untuk mendukung terciptanya budaya sekolah. Budaya sekolah yang positif merupakan salah satu asset yang dimiliki sekolah, maka asset tersebut harus bisa diorganisasi dengan baik.

e. Modul 2.1 Pembelajaran Diferensiasi
        Pembelajaran Berdiferensiasi adalah suatu kegiatan pembelajaran yang di dalamnya terdapat keputusan guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas yang berorientasi kepada kebutuhan murid yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran, respon guru, lingkungan belajar, manajemen kelas dan penilaian berkelanjutan. Pembelajaran berdiferensiasi ini dapat terwujud dengan pengelolaan sumber daya yang ada di sekolah, baik itu modal manusia (guru dan murid), modal fisik, modal budaya, dll.

f. Modul 1.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional
        PSE adalah Pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. Komunitas dalam hal ini adalah kumpulan manusia yang terdapat dalam modal manusia. PSE juga dapat menggunakan modal fisik juga modal lingkungan yang ada di sekolah. Dengan mengoptimalkan sumber daya di sekolah sehingga capaian PSE akan maksimal.

g. Modul 2.3 Coaching
        Choacing adalah suatu kegiatan kolaborasi yang dilakukan untuk membantu memaksimalkan potensi lawan bicara (choachee). Pengembangan kekuatan dan potensi diri inilah yang menjadi tugas seorang coach (pendidik/pamong). Apakah pengembangan diri seorang coachee cepat, perlahan-lahan atau bahkan berhenti adalah tanggung jawab seorang coachee. Pengembangan potensi ini sama dengan yang digunakan dalam pengelolaan sumber daya. Dalam hal ini modal manusia dalam menuntun segala kodrat alam.

h. Modul 3.1 Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab
        Seorang pemimpin pembelajaran akan selalu dihadapkan dengan dua situasi yaitu dilema etika dan bujukan moral ketika dihadapkan dengan pengambilan keputusan yang tepat. Dengan bekal pengetahuan pengambilan keputusan yang baik, seorang pemimpin pembelajaran diharapkan dapat merumuskan keputusan dengan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Hal tersebut sangat berkaitan dengan pengelolaan asset atau sumber daya sekolah untuk kepentingan murid.

4. Ceritakan pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.

        Sebelum mempelajari modul 3.2 tentang pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya, terkadang saya masih menggunakan Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (deficit-based approach), sehingga yang ada adalah perasaan yang mengarah pada sisi negative, pesimis dan kegagalan. Tetapi setelah mempelajari modul ini, seorang pemimpin harus selalu berpikir berbasis kekuatan/potensi/asset sehingga akan berpikir positif dan berhasil dengan memaksimalkan potensi dan sumber daya yang ada. Maka selanjutnya saya akan terus merubah paradigma bahwa Pemimpin pembelajaran harus menggunakan Pendekatan berbasis aset (asset-based approach) dalam pengelolaan sumber daya dan mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah maupun masyarakat sekitar sekolah. Karena dengan lebih banyak membangun sisi positif yang dimiliki, maka kekuatan sumber daya yang ada dipastikan akan meningkat dan kemudian akan berkembang secara berkelanjutan.

0 comments:

Posting Komentar